Senin, 13 November 2017

Perekaman dan Penyusunan Al Qur'an

Perekaman dan Penyusunan Al Qur'an

Tulisan ini merupakan suntingan pribadi atas sejumlah bahasan dalam berkas elektronik makalah "Sejarah Teks Al Qur'an, dari Wahyu sampai Kompilasinya" karya Prof. Dr. Muhammad Musthafa Al A'zhami. Rujukan yang disebutkan merupakan materi yang dirujuk oleh Prof. Dr. M. M. Al A'zhami, bukan oleh penyunting.

Periode Mekah

Kendati diwahyukan secara lisan, Al Qur'an secara konsisten disebut sebagai kitab tertulis. Ini memberikan petunjuk bahwa wahyu tersebut tercatat sebagai tulisan. Al Qur'an sudah ditulis sejak awal perkembangan Islam, meskipun masyarakat yang baru lahir itu masih menderita akibat kekejaman pihak kafir Quraysy. Sebagai contoh terkait bahasan ini, berikut kisah masuknya 'Umar bin Al Khaththab ke dalam Islam.

Suatu hari, 'Umar keluar rumah menenteng pedang terhunus hendak melibas leher Nabi Muhammad . Beberapa sahabat sedang berkumpul dalam sebuah rumah di Bukit Shafa. Jumlah mereka, termasuk kaum wanita, sekitar empat puluhan. Mereka adalah Hamzah, Abu Bakr, 'Ali, dan juga lainnya yang tidak berhijrah ke Etiopia. Nu'aym secara tak sengaja berpapasan dan bertanya ke mana 'Umar hendak pergi. "Saya hendak menghabisi Muhammad, manusia yang telah membuat orang Quraysh mengkhianati agama nenek moyang dan mereka tercabik-cabik serta ia mencaci maki tata cara kehidupan, agama, dan sesembahan-sesembahan kami. Sekarang, akan aku libas dia." "Engkau hanya akan menipu diri sendiri, 'Umar," kata Nu'aym. "Jika engkau menganggap bahwa Bani 'Abdu Manaf mengizinkanmu menapak di bumi ini untuk memutus nyawa Muhammad, lebih baik pulang temui keluargamu dan selesaikan permasalahan mereka." 'Umar pulang sambil bertanya-tanya apa yang telah menimpa keluarganya. Nu'aym menjawab, "Keponakan dan adik perempuanmu telah mengikuti agama baru yang dibawa Muhammad. Oleh karena itu, akan lebih baik jika kamu kembali ke mereka." 'Umar cepat-cepat memburu iparnya di rumah, tempat Khabbab sedang membacakan surat Thaha dari sepotong tulisan Al Qur'an. Saat mereka mendengar suara 'Umar, Khabbab lari bersembunyi sedangkan Fathimah menyembunyikan lembar kulit bertuliskan Al Qur'an di bawah pahanya.[1]

Dalam cerita ini, disebutkan adanya lembar kulit bertuliskan Al Qur'an. Menurut Ibnu 'Abbas, ayat-ayat yang diturunkan di Mekah terekam dalam bentuk tulisan sejak awal, seperti dapat dilihat dalam ucapan Az Zuhri.[2][3] 'Abdullah bin Sa'd bin Abi As Sarh merupakan seorang yang terlibat dalam penulisan Al Qur'an pada periode Mekah[4], yang dituduh oleh beberapa kalangan sebagai pemalsu ayat-ayat Al Qur'an.[5] Nama lain yang merupakan penulis resmi adalah Khalid bin Sa'id bin Al 'Ash, di mana ia menjelaskan, "Saya orang pertama yang menuliskan ."[6]

Berikut catatan Al Kattani terkait bahasan ini.

Sewaktu Rafi' bin Malik menghadiri baiat Al 'Aqabah, Nabi Muhammad menyerahkan semua ayat-ayat yang diturunkan pada dasawarsa sebelumnya. Ketika kembali ke Madinah, Rafi' mengumpulkan semua anggota sukunya dan membacakannya di depan mereka.[7]

Periode Madinah

Pada periode Madinah, terdapat cukup banyak informasi mengenai sejumlah nama; lebih kurang enam puluh lima sahabat pernah ditugaskan untuk menulis wahyu oleh Nabi Muhammad ﷺ. Berikut sejumlah nama penulis wahyu.

Tabel 1. Nama sejumlah penulis Al Qur'an.[8]
Aban bin Sa'idAbu UmamahAbu Ayyub Al Anshari
Abu Bakr Ash ShiddiqAbu HudzayfahAbu Sufyan
Abu SalamahAbu 'AbbasUbay bin Ka'b
Al ArqamUsayd bin HudhayrAws bin Khawli
BuraydahBashirTsabit bin Qays
Ja'far bin Abi ThalibJahm bin Sa'dSuhaim
HathibHudzayfahHusayn
Hanzhalah Al UsayyidiHuwaythibKhalid bin Sa'id
Khalid bin Al WalidAz Zubayr bin Al 'AwwamZubayr bin Arqam
Zayd bin TsabitSa'd bin Ar Rabi'Sa'd bin 'Ubadah
Sa'id bin Sa'idSyurahbil bin HasanahThalhah
'Amir bin Fuhairah'Abbas'Abdullah bin Al Arqam
'Abdullah bin Abi Bakr'Abdullah bin Rawahah'Abdullah bin Zayd
'Abdullah bin Sa'd'Abdullah bin 'Abdullah'Abdullah bin 'Amr
'Utsman bin 'Affan'UqbahAl 'Ala bin 'Uqbah
'Ali bin Abi Thalib'Umar bin Al Khaththab'Amr bin Al 'Ash
Muhammad bin MaslamahMu'adz bin JabalMu'awiyah
Ma'n bin 'AdiMu'aqib bin MughirahMundzir
MuhajirYazid bin Abi Sufyan

Saat wahyu turun, Nabi Muhammad ﷺ secara rutin memanggil para penulis yang ditugaskan untuk mencatatnya.[9] Zayd bin Tsabit menceritakan bahwa ia sering kali dipanggil dan diberi tugas menulis saat wahyu turun.[10] Sewaktu ayat jihad turun, Nabi Muhammad ﷺ memanggil Zayd bin Tsabit, menyuruhnya membawa tinta dan alat tulis, dan kemudian mendiktekannya. 'Amr bin Ummi Maktum duduk menanyakan kepada Nabi Muhammad ﷺ tentang kebutaanya. Kemudian, turun ayat غَـيْـرُ أُولِـي الـضَّـرَرِ, izin bagi yang beruzur untuk tidak ikut berjihad.[11][12] Tampaknya tidak ada pengecekan ulang setelah pendiktean. Setelah tugas penulisan selesai, Zayd membacakan ulang di depan Nabi Muhammad ﷺ agar yakin tak ada sisipan kata lain yang masuk ke dalam teks.[13]

Rasulullah ﷺ melarang orang-orang menulis sesuatu darinya kecuali Al Qur'an, "Siapa yang telah menulis sesuatu dariku selain Al Qur'an, maka ia harus menghapusnya."[14] Beliau ingin agar Al Qur'an dan hadits tidak ditulis pada halaman kertas yang sama agar tidak terjadi campur aduk serta kekeliruan. Larangan ini dikeluarkan terkait dengan kebiasaan para sahabat; mereka yang tak dapat menulis selalu hadir juga di masjid sambil memegang kertas kulit dan meminta orang lain menuliskan ayat Al Qur'an secara suka rela.[15]

Berdasarkan kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ memanggil juru tulis untuk menulis ayat-ayat yang baru turun, dapat ditarik anggapan bahwa pada masa kehidupan beliau, seluruh Al Qur'an sudah tersedia dalam bentuk tulisan.


Susunan Ayat-Ayat Al Qur'an

Ada keunikan pada susunan ayat-ayat Al Qur'an; susunannya tidak mengikuti urutan pewahyuan dan bahasan. Rahasianya hanya Allah yang tahu karena Dia sebagai pemilik kitab tersebut. Jika seseorang menyunting dan menyusun kembali Al Qur'an, hasil akhirnya bukanlah Al Qur'an. Hanya Allah, Sang Khaliq, yang punya wewenang mutlak menyusun atau mengubah kata-kata dan materi dalam Al Qur'an.

إِنَّ عَـلَـيْـنَـا جَـمْـعَـهُ و وَ قُـرْءَانَـهُ و فَـإِذَا قَـرَأْنَـاهُ فَـاتَّـبِـعْ قُـرْءَانَـهُ و ثُـمَّ إِنَّ عَـلَـيْـنَـا بَـيَـانَـهُ و (الـقـيـامـة: ١٧-١٩)
"Sesungguhnya Kami yang mengumpulkan dan membacakannya. Jika Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya Kami yang menjelaskannya." (Al Qiyamah ayat 17-19)

Guna menjelaskan isi kandungan ayat-ayat-Nya, Allah menugaskan Nabi Muhammad sebagai penerima wahyu.

وَ أَنْـزَلْـنَـآ إِلَـيْـكَ الـذِّكْـرَ لِـتُـبَـيِّـنَ لِـلـنَّـاسِ مَـا نـُزِّلَ إِلَـيْـهِـمْ (الـنـحـل: ٤٤)
"Dan Kami telah turunkan peringatan kepadamu agar kamu menjelaskan kepada manusia apa-apa yang telah diturunkan pada mereka." (An Nahl ayat 44)
Allah memberikan wewenang atau otoritas pada Nabi Muhammad ﷺ sebagai penyampai penjelasan pada umatnya.[16] Hanya melalui Nabi Muhammad ﷺ dengan keistimewaan dan wahyu ketuhanan, dirujukkan susunan ayat-ayat Al-Qur'an sesuai kehendak dan rahasia Allah. Ketetapan komunitas Muslim secara kolektif atau apalagi perorangan tidak memiliki legitimasi dalam susunan ayat-ayat Al Qur'an.

Poin-poin berikut menunjukkan bahwa urutan ayat-ayat Al Qur'an sudah jelas sejak diwahyukan.

  1. Al-Qur'an berisi surat-surat dengan panjang beragam; yang terpendek terdiri atas 3 ayat sedangkan yang terpanjang 286 ayat. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Nabi Muhammad memberikan instruksi kepada para penulis tentang letak ayat pada setiap surat. 'Utsman menjelaskan bahwa baik wahyu itu mencakup banyak ayat maupun satu ayat terpisah, Nabi Muhammad selalu memanggil penulisnya dan menyuruh mereka untuk meletakkan ayat-ayat seperti yang beliau terangkan.[17] Zayd bin Tsabit menegaskan, "Kami akan kumpulkan Al Qur'an di depan Nabi Muhammad."[18] 'Utsman bin Abi Al 'Ash melaporkan kejadian ketika Malaikat Jibril menemui Nabi Muhammad untuk memberikan perintah tentang penempatan ayat tertentu.[19]
  2. Al Kalbi melaporkan dari Abu Sufyan dari Ibnu 'Abbas tentang ayat وَ اتَّـقُـواْ يَـومًـا تُـرْجَـعُـونَ فِـيـهِ إِلَـى اللهِ bahwa ini adalah ayat terakhir yang diwahyukan dan malaikat Jibril meminta supaya ayat tersebut ditaruh setelah ayat ke-280 dalam surat Al Baqarah.[20][21]
  3. Ubay bin Ka'b menjelaskan, "Kadang-kadang permulaan surat itu diwahyukan pada Nabi Muhammad kemudian saya menuliskannya. Ketika wahyu turun, beliau berkata, 'Ubay! Tulislah ini dalam surat yang menyebut ini dan itu!' Dalam kesempatan lain, wahyu diturunkan pada beliau dan saya menunggu perintah yang hendak diberi­kan hingga beliau memberi tahukan tempat yang sesuai untuk suatu ayat."[22]
  4. Zayd bin Tsabit memberikan penjelasan, "Sewaktu kami bersama Nabi Muhammad mengumpulkan Al Qur'an pada kertas kulit, beliau berkata, 'Mudah-mudahan Syam mendapat berkah.' Kemudian beliau ditanya, 'Mengapa demikian wahai Nabi Allah?' Beliau menjawab, 'Karena para malaikat Allah telah melebarkan sayap mereka kepada­nya."[23][24] Dalam hadits ini, termuat kabar bahwa Nabi Muhammad melakukan pengawasan dalam pengumpulan dan penyusunan ayat-ayat Al Qur'an.
  5. Terdapat banyak riwayat tentang bacaan surat dalam shalat lima waktu; bacaannya tidak boleh menyalahi urutan ayat-ayat yang telah disepakati. Pun tidak pernah terjadi peristiwa shalat berjamaah yang diikuti perbedaan pendapat dengan imam tentang urutan ayat-ayat, baik di masa Nabi Muhammad ﷺ maupun sekarang. Rasulullah ﷺ kadang-kadang membaca satu surat sampai habis pada shalat Jumat.[25]
  6. Rasulullah ﷺ pernah memberikan komentar terkait warisan kepada 'Umar bahwa hendaknya akhir surat An Nisa' sudah mencukupi.[26]
  7. Abu Mas'ud Al Badri melaporkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda, "Ayat terakhir dari surat Al Baqarah dapat mencukupi bagi siapa saja yang membacanya di waktu malam."[27]
  8. Ibnu 'Abbas mengingatkan, "Sewaktu saya bermalam di rumah Maymunah, saya mendengar beliau terbangun dari tidur lalu membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Ali 'Imran."[28]

Susunan Surat-Surat Al Qur'an

Beberapa sumber menyatakan bahwa mushhaf yang digunakan Ubay bin Ka'b dan Ibnu Mas'ud memuat perbedaan dalam susunan surat-suratnya. Akan tetapi, tidak dijumpai adanya perbedaan dalam perintah untuk meletakkan ayat-ayat dalam surat tertentu. Keunikan susunan Al Qur'an memberikan peluang bagi tiap surat untuk berfungsi sebagai satuan mandiri, yang mana tidak terdapat kronologi atau sumber cerita lain yang masuk ke dalam naskah. Adanya variasi susunan ayat-ayat merupakan masalah lain. Kita bersyukur tak ada musshaf yang berlainan

Para ulama sepakat bahwa mengikuti susunan surat dalam Al Qur'an bukan suatu keharusan, baik dalam shalat, bacaan, belajar, pengajaran, maupun hafalan.[29] Setiap surat berdiri sendiri dan tidak ada satu pun yang turun kemudian dapat mengklaim memiliki legalitas lebih besar dari yang sebelumnya; kadang-kadang ayat yang telah di-mansukh terdapat dalam sebuah surat di mana yang berikutnya tercatat sebagai nasikh atau pengganti. Sebagian umat Islam mulai menghafal Al-Qur'an dari surat-surat pendek, dari nomor 114, 113, dan begitu seterunya ke depan. Nabi Muhammad pernah membaca surat Al Baqarah, An Nisa', dan kemudian Ali 'Imran secara beruntun dalam satu rakaat, tidak seperti susunan ketiganya dalam Al Qur'an yang lazim saat ini.[30]

Terkait susunan surat (bukan susunan ayat) dalam Al Qur'an, ada perbedaan pendapat. Berikut perbedaan pendapat tersebut.

  1. Susunan semua surat dalam Al Qur'an mengikuti yang dijelaskan oleh Rasulullah ﷺ. Terkait pendapat ini, berarti ada dua versi susunan, yakni a) seperti yang saat ini ada di tangan umat dan b) mushhaf Ubay bin Ka'b dan mushhaf Ibnu Mas'ud.[31][32]
  2. Seluruh susunan Al Qur'an mengikuti petunjuk Rasulullah ﷺ kecuali untuk surat kesembilan, yang mengikuti petunjuk 'Utsman.[33]
  3. Semua susunan surat ditentukan oleh Zayd bin Tsabit, 'Utsman, dan sahabat lainnya. Al Baqillani condong pada pendapat ini.[34]
  4. Ibnu 'Athiyyah mendukung pendapat bahwa Rasulullah menentukan susunan beberapa surat dan para sahabat menentukan susunan sisanya.[35]

Susunan Surat dalam Sejumlah Manuskrip

Pendapat para ulama mengatakan bahwa susunan surat yang ada sekarang identik dengan mushhaf 'Utsmani.[36] Setiap orang yang berkeinginan untuk menyalin Al Qur'an secara keseluruhan diharuskan mengikuti urutan yang ada; bagi yang hendak menyalin surat tertentu, mengikuti susunan seperti yang ada pada mushhaf 'Utsmani tidaklah wajib.

Di masa lampau, mushhaf ditulis di atas kertas kulit dan biasanya bobotnya lebih berat dari kertas biasa. Dengan demikian, keseluruhan mushhaf akan mencapai beberapa kilogram beratnya. Terdapat beberapa contoh Al Qur'an yang tertulis dalam kaligrafi besar yang satu mushhaf lengkapnya akan melebihi satu meter panjangnya.

Gambar 1. Manuskrip kulit dari Yaman berukuran 18 cm × 13 cm. (Museum Arsip Nasional Yaman)
Gambar 2. Manuskrip kulit dari Yaman berukuran 13 cm × 8 cm. (Museum Arsip Nasional Yaman)

Di Museum Salar Jung, Hyderabad, India, terdapat koleksi sejumlah manuskrip bertuliskan Al Qur'an.

Tabel 2. Koleksi manuskrip bertuliskan Al Qur'an di Museum Salar Jung.[37]
nomor
manuskrip
jumlah
surat
susunan surattanggal asal[38]
24429 36, 48, 55, 56, 62, 67, 75, 76, 78, 93, 94, 72, 97, 99-114± awal abad ke-11 M
24616 62 (8 ayat pertama), 110, 1, 57, 113, 56, 94, 114, 64, 48, 47, 89, 112, 36, 78, 67± awal abad ke-10 M dan akhir abad ke-11 M
24710 1, 36, 48, 56, 67, 78, 109, 112-114
2489 73, 51, 67, 55, 62, 109, 112-1141076 H/1666 M
2499 17, 18, 37, 44, 50, 69, 51, 89, 381181 H/1767 M
2509 20, 21, 22, 63, 24-28± awal abad ke-12 M
2518 6, 36, 48, 56, 62, 67, 76, 78± awal abad ke-11 M
2528 1, 6, 18, 34, 35, 56, 67, 78± awal abad ke-11 M
2558 1, 36, 48, 55, 67, 73, 56, 78 ± awal abad ke-14 M
2538 36, 48, 56, 62, 67, 71, 73, 78 ± akhir abad ke-11 M
2547 1, 55, 56, 62, 68, 73, 88 ± akhir abad ke-12 M
2567 36, 48, 78, 56, 67, 55, 73 ± awal abad ke-11 M
2577 36, 48, 78, 67, 56, 73, 62 ± pertengahan abad ke-11 M
2587 18, 32, 36, 48, 56, 67, 78 ± akhir abad ke-11 M
2597 18, 36, 37, 48, 56, 67, 78 ± akhir abad ke-11 M
2607 36, 48, 56, 67, 78, 55, 62 ± akhir abad ke-12 M
2617 36, 48, 78, 56, 67, 55, 73 ± akhir abad ke-13 M
2626 1, 36, 48, 56, 67, 78 ± 1115 H/1704 M
2636 36, 48, 55, 56, 67, 68 ± 1278 H/1862 M
2646[39] 1, 36, 48, 56, 78, 67 ± akhir abad ke-10 M
2656[40] 18, 36, 71, 78, 56, 67 ± akhir abad ke-13 M
2666 36, 55, 56, 62, 63, 78 ± 989 H/1581 M
2675 36, 48, 56, 67, 78 ± 1075 H/1664 M
2685 36, 48, 56, 67, 78 ± 1104 H/1692 M
2705 36, 48, 56, 67, 78 ± 1106 H/1694 M
2715 36, 48, 67, 72, 78 ± 1198 H/1783 M
2725 36, 48, 56, 67, 78 ± 1200 H/1786 M
2735 36, 48, 55, 56, 67 1237 H
2755 36, 78, 48, 56, 67 ± 626 H/1228 M
2795 36, 48, 56, 67, 78 disalin oleh Yaqut Al Musta'shimi
2805 1, 6, 18, 34, 35 ± 1084 H/1673 M
2815 36, 48, 56, 59, 62 ± awal abad ke-10 M
2825 1, 6, 18, 34, 35 ± awal abad ke-10 M
2845 6, 36, 48, 56, 67 ± awal abad ke-10 M
2965 18, 36, 44, 67, 78 ± awal abad ke-12 M
3084 6, 18, 34, 35 ± akhir abad ke-9 M
3104 6-9 ± akhir abad ke-12 M

Penutup

Di tengah penindasan pada periode Mekah, Al Qur'an masih dapat dilestarikan, dijaga dengan perekaman tertulis dan hafalan. Pada akhirnya di Madinah, baik yang buta huruf ataupun melek huruf dapat ambil bagian dalam aktivitas menghafal Al Qur'an, yang susunannya mengikuti penjelasan Rasulullah ﷺ. Tulisan lain akan membahas upaya penjagaan keutuhan Al Qur'an setelah meninggalnya Rasulullah ﷺ.


Catatan

[1] Ibnu Hisyam, Sirah, hlm. 343-346
[2] Ibnu Durays, Fadhail Al Qur'an, hlm. 33
[3] Az Zuhri, Tanzil Al Qur'an, hlm. 32 | Ibnu Katsir, Al Bidayah, V: 340 | Ibnu Hajar, Fathul Bari, IX: 22
[4] Ibnu Hajar, Fathul Bari, IX: 22
[5] M. M. Al A'zhami, Kuttab An Nabi edisi 3, Riyadh, 1401 H/1981 M
[6] As Suyuthi, Ad Dur Al Mantsur, I: 11
[7] Al Kattani, At Taratib Al Idariyah, I: 44, dengan mengutip pendapat Zubayr bin Bakkar, Akhbar Al Madinah
[8] M. M. Al A'zhami, Kuttab An Nabi
[9] Abu 'Ubayd, Fadhail, hlm. 280 | Ibnu Hajar, Fathul Bari, IX: 22, mencatat pendapat 'Utsman dengan merujuk pada Sunan Tirmidzi, Sunan An Nasai, Sunan Abu Dawud, dan Sunan Al Hakim dalam Al Mustadrak
[10] Ibnu Abi Dawud, Al Masahif, hlm. 3 | Al Bukhari, Shahih Al Bukhari, Fadhail Al Qur'an: 4
[11] An Nisa' ayat 95
[12] Ibnu Hajar, Fathul Bari, IX: 22 | As Sa'ati, Minhat Al Ma'bud, II: 17
[13] As Suli, 'Adabul Kuttab, hlm. 165 | Al Haitsami, Majma' Az Zawaid, I; 52
[14] Muslim, Shahih Muslim, Az Zuhd: 72 | Ibnu Abi Dawud, Al Masahif, hlm. 4 | M. M. Al A'zhami, Studies in Early Hadith Literature, American Trust Publications, Indiana, hlm. 22-24
[15] Al Bayhaqi, Sunan Al Kubra, VI: 16
[16] Sunnah Nabi berfungsi sebagai penegasan dan penjelasan terhadap Al Qur'an secara lisan maupun tindakan di bawah asuhan atau bimbingan Allah سبحانه و تعالى.
[17] At Tirmidzi, Sunan Tirmidzi, no. 3086 | Al Bayhaqi, Sunan Al Kubra, II: 42 | Ibnu Hanbal, Al Musnad, I: 69 | Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, I: 290 | Al Hakim, Al Mustadrak, I: 221 | Ibnu Hajar, Fathul Bari, IX: 22 | Abu 'Ubayd, Fadhail, hlm. 280
[18] At Tirmidzi, Sunan Tirmidzi, Manaqib: 141 no. 3954 | Ibn Hanbal, Al Musnad, V: 185 | Al Hakim, Al Mustadrak, II: 229
[19] As Suyuthi, Al Itqan, I: 173 | Ibn Hanbal, Al Musnad, IV: 218 no. 17947
[20] Al Baqarah ayat 281
[21] Al Baqillani, Al Intishar, hlm. 176
[22] Ibid.
[23] Syam adalah daerah yang meliputi Suriah, Yordania, dan Lebanon sekarang.
[24] Al Baqillani, Al Intishar, hlm. 176-177
[25] Muslim, Shahih Muslim, Al Jumu'ah: 52
[26] Muslim, Shahih Muslim, Al Faraidh: 9
[27] Al Bukhari, Shahih Bukhari, Fadhail Al Qur'an: 10
[28] Al Bukhari, Shahih Bukhari, Al Wudhu: 37 | Muslim, Shahih Muslim, Mufassirin: 182 | Muslim, Kitab At Tamyiz suntingan M. M. Al A'zhami, hlm. 183-185
[29] Al Baqillani, Al Intishar, hlm. 167
[30] Muslim, Shahih Muslim, Musafirin: 203
[31] As Suyuthi, Al Itqan, I: 176-177 | Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, no. 786
[32] Mushhaf Ibnu Mas'ud akan dibahas di tulisan lain.
[33] As Suyuthi, Al Itqan, I: 177 | Al Bayhaqi, Madkhal | Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, no. 786
[34] Al Baqillani, Al Intishar, hlm. 166
[35] Ibnu 'Athiyyah, Al Muharrar Al Wajiz, I: 34-35
[36] Mushhaf 'Utsmani akan dibahas di tulisan lain.
[37] Muhammad Asyraf, A Catalogue of Arabic Manuscripts in Salah Jung Museum and Library, hlm. 166-234
[38] Beberapa mushhaf memuat tanggal penulisan sedang beberapa lainnya tidak.
[39] Enam surat tersebut dengan beberapa doa menurut akidah Syi'ah.
[40] Enam surat tersebut dengan beberapa doa menurut akidah Syi'ah.

Tidak ada komentar: